Penting ! Adab Orang Tua Terhadap Guru Anaknya

Penting ! Adab Orang Tua Terhadap Guru Anaknya

Ilmu yang barokah dan bermanfaat adalah harapan semua murid, karena apa yang telah diterima oleh murid, dapat dia amalkan dan bermanfaat bagi kehidupannya. Diantara keberkahan dan manfaat ilmu itu bisa didapatkan dari adab yang baik yang dilakukan oleh seorang murid kepada gurunya. Namun bukan hanya anak saja yang harus berprilaku baik kepada gurunya, akan tetapi orang tua juga harus memiliki adab yang baik terhadap guru anaknya.

Orang tua atau wali murid bisa disebutkan menjadi kunci keberhasilan belajar anaknya. Ini jika orang tua bisa berkomunikasi dan menghargai guru anaknya secara baik.

Pada bagian lain, orang tua akan bisa jadi penghambat keberhasilan belajar anaknya, jika orang tua tidak yakin pada guru, apa lagi telah memaki dan menjelekan figur guru yang mengajari pengetahuan pada anaknya. Ini juga yang hendak menghancurkan kesuksesan pada proses belajar anaknya.

Ada sebuah kisah yang kita bisa ambil hikmahnya, tentang orang tua yang tidak mempercayai guru anaknya karena orang tua murid yang tidak senang terhadap perilaku guru kepada murid-muridnya termasuk anaknya, kisaha ini adalah kisah dari seorang ulama yang populer pada jamannya, yaitu Syekh Abdul Qadir beberapa murid-muridnya datang dari beragam golongan. Ada anak orang kaya, ada anak penguasa, ada pula anak pedagang dan beberapa anak orang miskin. Syekh Abdul Qadir tidak pernah melakukan diskriminasi, semua muridnya diperlakukan tanpa dibeda-bedakan

Seorang tamu yang tiba menengok anaknya menyaksikan hal tersebut dan berpikir jika beberapa anak mereka yang belajar ke Syekh Abdul Qadir diberlakukan seperti babu atau kucing, saat mereka diberi sisa makanan dari gurunya.

Sehingga tamu orang tua murid tersebut memliki pikiran yang tidak baik. Pikiran tidak baik inilah yang menyebabkan terprovokasi dan memprovokasi orang tua yang lainnya untuk mengambil anak-anaknya dan memindahkannya ke lembaga Pendidikan yang lainnya. Seraya orang tua murid tersebut berkata:

“Wahai tuan syekh, saya mengantar anak saya ke tuan syekh tidak untuk menjadi pembantu atau dilakukan seperti kucing. Saya mengantarkan anak saya kepada tuan syekh, agar anak saya menjadi alim ulama'.”

Tagasnya Syekh Abdul Qadir menjawab dari pernyataan orang tua murid tersebut dengan berkata kepada orang tua murid tersebut. “ Kalau begitu ambillah anakmu.”

Saat keluar rumah syekh, untuk menuju ketujuan pulangnya. Orang tua murid barusan menanyakan pada anaknya banyak hal berkenaan pengetahuan hukum syariat, rupanya keseluruh soalannya dijawab pas dan detil. Karena itu bapak barusan berubah pikiran dan kembalikan anaknya ke tuan Syekh Abdul Qadir.

Disaat orang tua murid tersebut bertemu kembali dengan Syekh Abdul Qadir kemudian berkata:

“Wahai tuan syekh terimalah Kembali anak saya untuk belajar dengan tuan. Tuan didiklah anak saya. Rupanya anak saya bukan seorang pembantu dan diberlakukan seperti kucing. Saya menyaksikan pengetahuan anak saya benar-benar hebat jika bersamamu.”

Tuan Syekh Abdul Qadir menjawab pernyataan orang tua murid tersebut dengan jawaban sebagai berikut: 

“Bukan saya tidak ingin menerimanya lagi, tetapi Allah SWT. telah tutup pintu hatinya untuk menerima ilmu dariku, Allah SWT. telah tutup futuhnya (Mata Hati) untuk mendapatkan pengetahuan, karena orang tua yang tidak beradab ke guru.”

Rupanya orang tua yang tidak beradab pada guru dapat mengakibatkan beberapa anaknya jadi korban kehilangan keberkahan ilmu dari guru-gurunya. 

Percumalah kita menyekolahkan anak kita jika pada akhirannya pengetahuan yang didapatnya tidak berberkah. Karena kita sebagai orang tua yang tidak beradab terhadap guru hingga anak-anak kitapun jadi kehilangan adab terhadap gurunya.